Tokoh Wayang

Sabtu, 13 Desember 2014

Arjuna merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa baru. Arjuna mendapat julukan keturunan dinasti Kuru terbaik. Ia merupakan manusia pilihan yang mendapat kesempatan untuk mendapatkan wejangan suci yang sangat mulia dari Kresna, yang terkenal sebagai Bhagawadgita (nyanyian Tuhan).
Arjuna juga seorang kesaktian yang gemar berkelana bertapa dan berguru untut menunutut ilmu. Selain menjadi murid rsi Drona di padepokan Sukalima, ia juga menjadi rsi Padmanaba dari pertapan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Brahmana di goa Mintaraga, bergelar Begawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka.
Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja dikahyangan dewa Indra, bergelar prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kurawa), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).
Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin kadipaten Madukara, dalam wilayah Negara Amarta. Setelah perang Bharatayudha, Arjuna menjadi raja di negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.
Di Jawa dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudhistira dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para putri dan juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka.
Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lain, diantaranya: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Pregiwa (putri Arjuna), panah Sangkali (dari rsi Drona), panah Candranila, panah Sirsha, panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati, Panah Naracabala, panah Ardhadedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni, (diberikan pada Abimanyu), terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton (pemberian Begawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani), dan kuda ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk.
Sedangkan Arjuna juga memiliki ajian, antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat pinggang Limarkatanggi, gelung Minangkara, kalung Candrakanta, dan cincin mustika Ampal (dahulu milik prabu Ekalaya, raja Parunggelung).
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun, para Pandawa ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun ketika sampai disana, hak mereka ditolak dengan tegas oleh Duryudana, bahkan mereka menantang untuk berperang. Demi kerajaanya, para Pandawa menyetejui untuk melakukan perang.
Dalam pertempuran di Kurukhsetra, atau Bharatayudha, Arjuna bertarung dengan ksatria hebat dari pihak Kurawa, dan tidak jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Kurawa yaitu Bisma. Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayng Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat Krisna marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran di hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut berhasil dilakukan oleh bantuan srikandi.
Setelah Abimanyu putra Arjuna gugur pada hari ketiga belas, Arjuna bertarung dengan Jayadrata untuk membalas dendam atas kematian putranya. Pertarungan antara Jayadrata dan Arjuna diakhiri menjelang senja hari. Dengan bantuan dari Krisna.
Pada pertempuran dihari ketujuh belas. Arjuna terlibat pertarungan sengit dengan Karna. Ketika panah meleset menuju kepala Arjuna, Krisna menekan kereta Arjuna kedalam tanah dengan kekuatan sakti sehingga panah Karana meleset bebrapa inci dari kepala Arjuna.
Saat Arjuna menyerang Karna kembali, kereta Karna terperosok kedalam lubang (karena sebuah kutukan). Karna turun untuk mengakat kembali keretanya yang terperosok. Salya, kusir keretanya, menolak untuk membantu. Karena mematuhi peraturan peperangan, Arjuna menghentikan penyerangannya bila kereta Karna belum berhasil diangkat.
Pada saat itulah Krisna mengingatkan Arjuna atas kematian Abimanyu, yang terbunuh dalam keadaan tanpa senjata dan tanpa kereta. Dilanda oleh pergolakan batin, Arjuna melepaskan panahnya yang mematikan ke kepala Karna, senjata itu memenggal kepala Karna.


Daftar Pustaka


Nanda, MH. 2013. Wayang Dan Tokoh. Yogyakarta: Bintang Cemerlang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Pocket