Esay

Sabtu, 20 Desember 2014

Mahasiswa Gaul Ning KETOPRAK
(Muhammad Khoiru Anas)


PENDAHULUAN
Ditengah-tengah kesibukan kuliah yang harus berkutat dengan tugas-tugas, buku-buku dan kegiatan-kegiatan macam-macam di kampus, ada satu hal yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Jawa di UNNES yaitu satu tugas akhir yang dikira berat dan menghabiskan waktu berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam bahkan berhari-hari dalam proses pelaksanaannya untuk sebuah penampilan yang terbaik yaitu sebuah pementasan ketoprak.
Kenapa pentas Ketoprak? Ketoprak adalah salah satu mata kuliah wajib bagi jurusan bahasa dan sastra Jawa di UNNES untuk semester 5. Dimana pementasan tersebut dilakukan satu kelas masing-masing untuk setiap pementasan. Ini dialami oleh salah satu dari kelas rombel satu, yang menamakan diri grup ketoprak mereka dengan nama kluwung suwung. Seperti namanya yang kedengaran aneh, tapi nama mungkin bisa jadi para pendengar akan selalu bertanya-tanya ketoprak apa itu? Ketoprak apa itu?.

SUWUNG LAHIRE REOG
Jam 20.00 malam tepatnya di b6 Fakultas bahasa dan seni UNNES merupakan tempat pertunjukan ketoprak antar kelas rombel dari jurusan bahasa dan sastra Jawa. Dengan bernamakan tema acara ketoprak gaul para penonton berbondong-bondong untuk datang, melihat segaul apa ketoprak itu. Ketoprak yang dimainkan mahasiswa apakah pentasnya setenar ketoprak-ketoprak dari Pati ataukah ketoprak dari daerah-daerah lain. Kluwung Suwung  itulah nama ketoprak yang kedengarannya aneh dan jadi tanda tanya, dari nama mungkin tak setenar ketoprak Wahyu Budhaya, ketoprak Kridha Carito tetapi dari penampilan Kluwung suwung kepengen jadi seperti grup ketoprak tenar tersebut.
Sesuai dengan kesepakatan para anggota, crew dan stradara kluwung suwung menampilkan cerita tampik (kelahiran reog Ponorogo). Mendengar reog pastilah orang-orang terutama penonton bertanya tentang kelahiran reog dimana, reog yang sempat menghebohkan Indonesia karena seteru abadi yaitu Malaysia dengan bangganya mengakui  kalau reog itu milik mereka, itulah reog.
Cerita berawal ketika di Kediri ada seorang gadis yang cantik bernama Dewi Sanggalangit ia seorang putri raja di Kediri yang mashur dan terkenal. Karena kecantikannya banyak setiap laki-laki yang berhasrat untuk menikahinya. Namun sayang, Dewi Sanggalangit belum berhasrat untuk berumah tangga. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya menjadi pusing karena kepengen sekali anaknya segera berumah tangga dan mempunyai momongan.
Itulah sedikit sepenggal cerita tentang awal dari reog, Pementasan dimulai ketika seorang moderator menyebutkan kalau kluwung suwung penampil yang terakhir. Dimulai dari gelap panggung yang seolah jadi heboh ketika terompet dan gamelan yang bersuara dibarengi dengan sorot lampu dan asap seolah jadi mistis namun heboh dengan tepuk tangan ketika reog datang dan sedikit menghibur lalu padamnya lampu disertai hilangnya reog, itulah awal pembukaan dari ceritanya.
Adegan pertama dimulai dengan bertempat di kerajaan, yang dimainkan Dewi Sanggalangit, Kertajaya ayah dari Dewi Sanggalangit dan Ibu Dewi Sanggalngit. Mereka bertiga bercengkrama dan bercakap-cakap tentang keinginan seorang ayah dan ibu yang kepingin anak perempuannya yang cantik supaya mencari pendamping hidup dan menikah.
Keinginan menikah selalu ditanggapi buruk oleh Dewi Sanggalangit, dengan nada yang halus dan lembut Kertajaya selalu menasehati serta mendekati dan menanyakan keinginan dari anaknya. Dengan cara yang halus pula Kertajaya merencanakan untuk putrinya agar mau menikah dengan cara sayembara.
Dewi Sanggalangit menerima yang dicanangkan oleh kedua orang tuanya yaitu dengan cara sayembara. Dengan diiringi gamelan ucapan sayembara diucapkan Dewi Sanggalangit ketika ia menyebut 3 syarat bagi setiap laki-laki yang mau menikahinya. Syarat yang diucapkan yaitu yang pertama barisan kuda kembar yang dinaiki prajurit sebanyak seratus empat puluh, yang kedua menghadirkan tontonan yang menarik serta berbeda dimana tontonan itu belum pernah dimainkan dan diiringi gamelan, dan yang terakhir dapat menghadirkan binatang berkepala dua.
Kertajaya dan istrinya terperangah dan kaget ketika syarat yang di ucapkan Dewi Sanggalangit dirasa aneh dan berat bagi siapapun yang bisa memenuhi syarat tersebut. Sebagai anak, Dewi Sanggalangit memberi pengertian kepada kedua orang tuanya tentang maksud dari sayembara yang diucapkan. Dengan iringan gamelan dan disertai padamnya lampu, adegan pertama selesai.
Suasana malam, adegan dua dimulai dengan tokoh Kelana Sewandana yang punya kebiasaan aneh yaitu suka terhadap sesama jenis dan Warok-waroknya bertempat diistana. Para warok bercengkrama dan berbincang-bincang tak lama datanglah raja Kelana Sewandana yang gagah, kuat dengan iringan gamelan Kelana Sewandana  menunjukan tariannya dihadapan para warok-waroknya dan para penonton yang sedikit mengantuk. Para warok berbincang tentang sayembara yang dilakukan oleh Dewi Sanggalangit dan menceritakan kepada Kelana Sewandana yang pernah ditolak Dewi Sanggalangit. Mendengar ucapan dari warok-waroknya Kelana Sewandana jadi tertarik untuk mengikuti sayembara tersebut. Dengan rencana Dewi Sanggalangit jika jadi miliknya, akan dijadikan sisihan karena Kalana Sewandana lebih suka laki-laki daripada perempuan. Tertawa dari Kelana Sewandana menjadi akhir dari adegan ini.
Rasa jenuh mulai dirasa oleh penonton, tapi rasa jenuh mulai hilang disaat adegan ketiga bertempat di luar istana tepatnya disuasana depan candi. Dewi Sanggalangit berdo’a meminta pada yang kuasa supaya Kalana Sewandana gagal memenuhi syaratnya karena dia sekarang yang lebih unggul dibanding dengan pesaing-pesaingnya.
Beberapa saat kemudian datanglah Kartajaya dengan rasa sedikit cemas juga jika nantinya Kalana Sewandana berhasil dalam sayembara tersebut. Dia berbincang kepada anaknya tentang masalah yang sama. Kartajaya membuat rencana dengan meminta bantuan manusia setengah siluman yaitu Singo Barong dari kerajaan Lodaya. Tak lama kemudian datanglah Singo Barong dan Singo Kumbang beserta babon-babonnya.
Kertajaya minta supaya Singo Barong menggagalkan rencana dari Kelana Sewandana dan jika berhasil akan diberikan setengah dari wilayah Kediri, mendengar ucapan itu Singo Barong tertawa dengan lantang karena syarat yang dijanjikan kurang dan minta Dewi Sanggalangit juga menjadi istrinya. Namun keinginan dari Singo barong ditentang oleh Kertajaya. Sebagai gantinya Singo barong akan memenggal kepala Kartajaya dan memeiliki wilayah setengah dari Kediri. Sebagai rasa kasih sayang terhadap anaknya Kertajaya menyanggupi permintaan dari Singo Barong, tak berselang lama dia pergi dengan anaknya tapi sebelum pergi Kertajaya mengajak jabat tangan dengan Singo barong, Singo barong menerima permintaan tersebut. Dengan bangganya Singo Barong berjabat tangan dengan Dewi Sanggalangit bukan kepada Kertajaya karena  dia yang punya hajat. Kejadian tersebut tak khayal menjadi awal dari suasana ramai dan dagelan (lelucon) dari cerita ini. Setelah Kertajaya dan anaknya pergi, datanglah Babon-babon selir dari Singo Barong.
Di adegan ini Singo Barong, Singo Kumbang dan para babon-babon menjadi pembeda karena mereka membuat lelucon-lelucon dengan sifat-sifat lucu dan bicaranya yang membuat penonton pada semangat kembali untuk menonton adegan ketoprak itu. Mereka bercanda dengan kata dan lelucon-lelucon yang menarik. Inilah faktor pembeda yang ada di pertunjukan ketoprak. Selalu ada lelucon atau dalam Jawanya disebut dagelan.
Dalam ketoprak gaul yang dipentaskan hal lucu seperti dagelan di selingi di tengah-tengah cerita. Mungkin ini sebagai pancingan supaya penonton tetap terhibur dengan suasana dan alur cerita yang dibawakan. Tertawa dan tepuk tangan selalu menghiasi tak kala para komedi atau dalam Jawanya pendagel mengekspresikan hal-hal yang aneh (lucu). Kejadian itu menghiasi disepanjang adegan ketiga di pertunjukan tersebut.
Setelah terbahak-bahak adegan selanjutnya dimulai, inilah awal dari pertemuan antara Singo barong dan Kelana Sewandana yang berperang. Dalam peperangan tersebut Singo barong kalah lawan Kelana Sewandana dengan senjata pecut Semandiman. Yang membuat Singo Barong berubah menjadi hewan berkepala dua yaitu sesuai syarat yang diucapkan dalam sayembara yang di ikuti Kelana Sewandana. Perubahan tersebut membuat hal yang menarik dalam pementasan itu dengan efek cahaya, asap, dan  perubahan menjadi Singo barong menjadi reog jadi kredit poin dalam pementasan itu penonton yang melihat terperangah dengan aksi dari reog itu.
Di adegan terakhir, Kalana Sewandana datang ke tempat istana Kertajaya dan anaknya  dengan membawa reog dan syarat-syarat yang ditentukan dalam sayembara itu. Kertajaya dan Dewi Sanggalangit tetap tidak setuju kalau Dewi Sanggalangit bakal jadi Istri Kelana Sewandana. Sebagai wujud kemarahan, Kelana Sewandana menghancurkan Kediri tempat dari istana Kertajaya dan anaknya. Sebagai wujud penghancuran, dalam pementasan tersebut dihadirkan penari dengan menggunakan jaran-jaranan dan pertunjukan reog di barengi dengan suara gamelan yang mendapat tepuk tangan dari penonton yang menyaksikan tersebut.

SINGKAT DAN MENGHIBUR
Itulah kata yang pas dalam pementasan ketoprak gaul. Dengan konsep waktu yang sudah ditentukan, dan pergantian pementasan untuk setiap kelompok. Mahasiswa yang menonton dalam melihat pertunjukan tersebut bisa menyaksikan keseluruhan cerita yang dipentaskan oleh setiap kelompok, oleh karenanya selain menonton mahasiswa juga bisa sambil belajar tentang arti pementasan dari ketoprak itu sendiri. Penghubungan antara konsep alur dan selingan komedi-komedi bisa jadi kredit poin tersendir dari setiap pementasan dimana komedi atau Jawanya disebut dagelan adalah hal yang penting dalam menghilangkan kejenuhan bagi penonton.





REFERENSI
Ketoprak Gaul Jurusaan Bahasa Dan Sastra Jawa Semester 5, 18-19 Desember 2014 di B6 Fakultas Bahasa Dan Seni.
Panitia Ketoprak Gaul.
Akbar Aminudin, Pemain Ketoprak Kluwung Suwung.

Setyangga, Pemain Ketoprak Kluwung Suwung.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Pocket