PENDAHULUAN
Ditengah-tengah kesibukan kuliah yang harus berkutat dengan
tugas-tugas, buku-buku dan kegiatan-kegiatan macam-macam di kampus, ada satu
hal yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Jawa di UNNES yaitu
satu tugas akhir yang dikira berat dan menghabiskan waktu berdetik-detik,
bermenit-menit, berjam-jam bahkan berhari-hari dalam proses pelaksanaannya untuk
sebuah penampilan yang terbaik yaitu sebuah pementasan ketoprak.
Kenapa pentas Ketoprak? Ketoprak adalah
salah satu mata kuliah wajib bagi jurusan bahasa dan sastra Jawa di UNNES untuk
semester 5. Dimana pementasan tersebut dilakukan satu kelas masing-masing untuk
setiap pementasan. Ini dialami oleh salah satu dari kelas rombel satu, yang
menamakan diri grup ketoprak mereka dengan nama kluwung suwung. Seperti namanya yang kedengaran aneh, tapi nama
mungkin bisa jadi para pendengar akan selalu bertanya-tanya ketoprak apa itu?
Ketoprak apa itu?.
SUWUNG LAHIRE
REOG
Jam 20.00 malam tepatnya di b6 Fakultas
bahasa dan seni UNNES merupakan tempat pertunjukan ketoprak antar kelas rombel
dari jurusan bahasa dan sastra Jawa. Dengan bernamakan tema acara ketoprak gaul para penonton berbondong-bondong
untuk datang, melihat segaul apa ketoprak itu. Ketoprak yang dimainkan
mahasiswa apakah pentasnya setenar ketoprak-ketoprak dari Pati ataukah ketoprak
dari daerah-daerah lain. Kluwung Suwung
itulah nama ketoprak yang kedengarannya aneh dan jadi tanda tanya, dari
nama mungkin tak setenar ketoprak Wahyu Budhaya, ketoprak Kridha Carito tetapi
dari penampilan Kluwung suwung kepengen jadi seperti grup ketoprak tenar tersebut.
Sesuai dengan kesepakatan para anggota,
crew dan stradara kluwung suwung menampilkan cerita tampik (kelahiran reog Ponorogo). Mendengar reog pastilah
orang-orang terutama penonton bertanya tentang kelahiran reog dimana, reog yang
sempat menghebohkan Indonesia karena seteru abadi yaitu Malaysia dengan bangganya
mengakui kalau reog itu milik mereka,
itulah reog.
Cerita berawal ketika di Kediri ada
seorang gadis yang cantik bernama Dewi Sanggalangit ia seorang putri raja di
Kediri yang mashur dan terkenal. Karena kecantikannya banyak setiap laki-laki
yang berhasrat untuk menikahinya. Namun sayang, Dewi Sanggalangit belum
berhasrat untuk berumah tangga. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya menjadi
pusing karena kepengen sekali anaknya segera berumah tangga dan mempunyai
momongan.
Itulah sedikit sepenggal cerita tentang
awal dari reog, Pementasan dimulai ketika seorang moderator menyebutkan kalau kluwung
suwung penampil yang terakhir. Dimulai dari gelap panggung yang seolah jadi
heboh ketika terompet dan gamelan yang bersuara dibarengi dengan sorot lampu
dan asap seolah jadi mistis namun heboh dengan tepuk tangan ketika reog datang
dan sedikit menghibur lalu padamnya lampu disertai hilangnya reog, itulah awal
pembukaan dari ceritanya.
Adegan pertama dimulai dengan bertempat
di kerajaan, yang dimainkan Dewi Sanggalangit, Kertajaya ayah dari Dewi
Sanggalangit dan Ibu Dewi Sanggalngit. Mereka bertiga bercengkrama dan
bercakap-cakap tentang keinginan seorang ayah dan ibu yang kepingin anak
perempuannya yang cantik supaya mencari pendamping hidup dan menikah.
Keinginan menikah selalu ditanggapi
buruk oleh Dewi Sanggalangit, dengan nada yang halus dan lembut Kertajaya
selalu menasehati serta mendekati dan menanyakan keinginan dari anaknya. Dengan
cara yang halus pula Kertajaya merencanakan untuk putrinya agar mau menikah
dengan cara sayembara.
Dewi Sanggalangit menerima yang
dicanangkan oleh kedua orang tuanya yaitu dengan cara sayembara. Dengan
diiringi gamelan ucapan sayembara diucapkan Dewi Sanggalangit ketika ia menyebut
3 syarat bagi setiap laki-laki yang mau menikahinya. Syarat yang diucapkan
yaitu yang pertama barisan kuda kembar yang dinaiki prajurit sebanyak seratus
empat puluh, yang kedua menghadirkan tontonan yang menarik serta berbeda dimana
tontonan itu belum pernah dimainkan dan diiringi gamelan, dan yang terakhir
dapat menghadirkan binatang berkepala dua.
Kertajaya dan istrinya terperangah dan
kaget ketika syarat yang di ucapkan Dewi Sanggalangit dirasa aneh dan berat
bagi siapapun yang bisa memenuhi syarat tersebut. Sebagai anak, Dewi
Sanggalangit memberi pengertian kepada kedua orang tuanya tentang maksud dari
sayembara yang diucapkan. Dengan iringan gamelan dan disertai padamnya lampu,
adegan pertama selesai.
Suasana malam, adegan dua dimulai
dengan tokoh Kelana Sewandana yang punya kebiasaan aneh yaitu suka terhadap
sesama jenis dan Warok-waroknya bertempat diistana. Para warok bercengkrama dan
berbincang-bincang tak lama datanglah raja Kelana Sewandana yang gagah, kuat
dengan iringan gamelan Kelana Sewandana menunjukan tariannya dihadapan para
warok-waroknya dan para penonton yang sedikit mengantuk. Para warok berbincang
tentang sayembara yang dilakukan oleh Dewi Sanggalangit dan menceritakan kepada
Kelana Sewandana yang pernah ditolak Dewi Sanggalangit. Mendengar ucapan dari
warok-waroknya Kelana Sewandana jadi tertarik untuk mengikuti sayembara
tersebut. Dengan rencana Dewi Sanggalangit jika jadi miliknya, akan dijadikan
sisihan karena Kalana Sewandana lebih suka laki-laki daripada perempuan. Tertawa
dari Kelana Sewandana menjadi akhir dari adegan ini.
Rasa jenuh mulai dirasa oleh penonton,
tapi rasa jenuh mulai hilang disaat adegan ketiga bertempat di luar istana
tepatnya disuasana depan candi. Dewi Sanggalangit berdo’a meminta pada yang
kuasa supaya Kalana Sewandana gagal memenuhi syaratnya karena dia sekarang yang
lebih unggul dibanding dengan pesaing-pesaingnya.
Beberapa saat kemudian datanglah
Kartajaya dengan rasa sedikit cemas juga jika nantinya Kalana Sewandana
berhasil dalam sayembara tersebut. Dia berbincang kepada anaknya tentang
masalah yang sama. Kartajaya membuat rencana dengan meminta bantuan manusia
setengah siluman yaitu Singo Barong dari kerajaan Lodaya. Tak lama kemudian
datanglah Singo Barong dan Singo Kumbang beserta babon-babonnya.
Kertajaya minta supaya Singo Barong menggagalkan
rencana dari Kelana Sewandana dan jika berhasil akan diberikan setengah dari
wilayah Kediri, mendengar ucapan itu Singo Barong tertawa dengan lantang karena
syarat yang dijanjikan kurang dan minta Dewi Sanggalangit juga menjadi
istrinya. Namun keinginan dari Singo barong ditentang oleh Kertajaya. Sebagai
gantinya Singo barong akan memenggal kepala Kartajaya dan memeiliki wilayah setengah
dari Kediri. Sebagai rasa kasih sayang terhadap anaknya Kertajaya menyanggupi
permintaan dari Singo Barong, tak berselang lama dia pergi dengan anaknya tapi
sebelum pergi Kertajaya mengajak jabat tangan dengan Singo barong, Singo barong
menerima permintaan tersebut. Dengan bangganya Singo Barong berjabat tangan
dengan Dewi Sanggalangit bukan kepada Kertajaya karena dia yang punya hajat. Kejadian tersebut tak
khayal menjadi awal dari suasana ramai dan dagelan (lelucon) dari cerita ini.
Setelah Kertajaya dan anaknya pergi, datanglah Babon-babon selir dari Singo Barong.
Di adegan ini Singo Barong, Singo
Kumbang dan para babon-babon menjadi pembeda karena mereka membuat
lelucon-lelucon dengan sifat-sifat lucu dan bicaranya yang membuat penonton
pada semangat kembali untuk menonton adegan ketoprak itu. Mereka bercanda
dengan kata dan lelucon-lelucon yang menarik. Inilah faktor pembeda yang ada di
pertunjukan ketoprak. Selalu ada lelucon atau dalam Jawanya disebut dagelan.
Dalam ketoprak gaul yang dipentaskan
hal lucu seperti dagelan di selingi di tengah-tengah cerita. Mungkin ini
sebagai pancingan supaya penonton tetap terhibur dengan suasana dan alur cerita
yang dibawakan. Tertawa dan tepuk tangan selalu menghiasi tak kala para komedi
atau dalam Jawanya pendagel mengekspresikan hal-hal yang aneh (lucu). Kejadian
itu menghiasi disepanjang adegan ketiga di pertunjukan tersebut.
Setelah terbahak-bahak adegan
selanjutnya dimulai, inilah awal dari pertemuan antara Singo barong dan Kelana
Sewandana yang berperang. Dalam peperangan tersebut Singo barong kalah lawan
Kelana Sewandana dengan senjata pecut Semandiman. Yang membuat Singo Barong
berubah menjadi hewan berkepala dua yaitu sesuai syarat yang diucapkan dalam
sayembara yang di ikuti Kelana Sewandana. Perubahan tersebut membuat hal yang
menarik dalam pementasan itu dengan efek cahaya, asap, dan perubahan menjadi Singo barong menjadi reog jadi
kredit poin dalam pementasan itu penonton yang melihat terperangah dengan aksi
dari reog itu.
Di adegan terakhir, Kalana Sewandana
datang ke tempat istana Kertajaya dan anaknya
dengan membawa reog dan syarat-syarat yang ditentukan dalam sayembara
itu. Kertajaya dan Dewi Sanggalangit tetap tidak setuju kalau Dewi Sanggalangit
bakal jadi Istri Kelana Sewandana. Sebagai wujud kemarahan, Kelana Sewandana
menghancurkan Kediri tempat dari istana Kertajaya dan anaknya. Sebagai wujud
penghancuran, dalam pementasan tersebut dihadirkan penari dengan menggunakan
jaran-jaranan dan pertunjukan reog di barengi dengan suara gamelan yang
mendapat tepuk tangan dari penonton yang menyaksikan tersebut.
SINGKAT DAN
MENGHIBUR
Itulah kata yang pas dalam pementasan
ketoprak gaul. Dengan konsep waktu yang sudah ditentukan, dan pergantian
pementasan untuk setiap kelompok. Mahasiswa yang menonton dalam melihat
pertunjukan tersebut bisa menyaksikan keseluruhan cerita yang dipentaskan oleh
setiap kelompok, oleh karenanya selain menonton mahasiswa juga bisa sambil
belajar tentang arti pementasan dari ketoprak itu sendiri. Penghubungan antara
konsep alur dan selingan komedi-komedi bisa jadi kredit poin tersendir dari
setiap pementasan dimana komedi atau Jawanya disebut dagelan adalah hal yang
penting dalam menghilangkan kejenuhan bagi penonton.
REFERENSI
Ketoprak Gaul Jurusaan Bahasa Dan Sastra Jawa Semester 5,
18-19 Desember 2014 di B6 Fakultas Bahasa Dan Seni.
Panitia Ketoprak Gaul.
Akbar Aminudin, Pemain Ketoprak Kluwung Suwung.
Setyangga, Pemain Ketoprak Kluwung Suwung.
0 komentar:
Posting Komentar