Dalam pewayangan Jawa ibu Gatotkaca
lebih dikenal dengan sebutan Arimbi. Arimbi bukan sekedar penghuni hutan biasa,
melainkan putri dari kerajaan Pringgadani, negeri bangsa raksasa. Waktu
dilahirkan Gatotkaca berupa raksasa, karena sangat sakti maka tidak ada senjata
yang dapat memotong tali pusarnya. Kemudian tali pusar itu hanya dapat dipotong
dengan senjata Karna yang bernama Kunta, tetapi sarung senjata itu masuk
kedalam perut Gatutkaca, dan menambah lagi kesaktiannya.
Dengan kehendak dewa-dewa, bayi Gatotkaca
itu dimasak seperti bubur dan diisi dengan segala kesaktian, karena itu
Gatotokaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala dan dapat terbang
diawan dan duduk diatas awan yang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada waktu
terbang diawan bagai kilat dan liar bagai halilintar. Kesaktiannya dalam
perang, dapat mencabut leher musuh dan digunakan pada saat yang penting.
Gatotokaca diangkat menjadi raja di Pringgadani dan iapun disebut sebagai
ksatria di Pringgadani, karena pemerintahan Negara dikuasai oleh keturunan dari
pihak perempuan.
Kecepatan terbang Gatotkaca jauh diatas
rata-rata kecepatan terbang ksatria pada umumnya. Kulit dan badannya sekeras
baja, tak ada senjata tajam yang mampu melukai tubuhnya. Tapi pada saat yang
sama, bangsa dewa juga menciptakan senjata konta wijayadanu, satu-satu senjata
yang bisa melukai Gatotkaca, dan hanya bisa digunakan sekali pakai. Gatotkaca
adalah patriot. Dia begitu patuh pada negeri, keluarga dan pada kebenaran yang
dipegangnya. Dia juga tidak mau berkompromi dengan sitija atas batas wilayah
negerinya, Pringgadani dengan wilayah Trajutrisna.
Dia sangat disiplin dalam menjaga
wilayah kedaulatan negeri dan keluarganya, dari wilayah negeri paling utara perbatasan
Pringgadani, keselatan wilayah Amarta, sampai wilayah Dwarawati paling selatan.
Dia juga membantu Arjuna menggagalkan penyerbuan prabu Niwatakawaca, dari
negeri Imamantaka, kekahyangan Jonggring Saloka. Dia hanya diam, walaupun semua
bangsa dewa tahu bahwa yang berjasa atas penggagalan penyerbuan itu hanya
Arjuna seorang. Bangsa dewa menganggap
biasa saja peran Gatotkaca atas peristiwa itu, karena menurut mereka, hanya
demikianlah Gatotkaca dilahirkan.
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan
secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun
tali pusarnya belum bisa dipotong walau sudah menggunakan senjata apapun.
Arjuna pergi bertapa untuk mendapat
petunjuk dewa demi menolong nasib keponakannya. Namun pada saat yang sama Karna
panglimakerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena
wajah keduanya mirip, Bathara Narada selaku utusan kahyangan memberi senjata
Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya,
Narada menemui Arjuna yang sebenarnya. Arjuna lalu mengejar Karna untuk merebut
senjata Kontawijaya. Pertarunganpun terjadi, Karna berhasil meloloskan diri
membawa senjata Kontawijaya, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung
pembungkus pusaka tersebut. Namun sarung pusaka konta tersebut dari kayu
mustaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka.
Akan tetapi keajaiban terjadi, kayu
mustaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Krisna yang ikut menyaksikannya
berpendapat bahwa pengaruh kayu mustaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka.
Namun ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas ditangan pemilik senjata
Kontawijaya. Tetuka kemudian dipinjam Narada untuk dibawa kekahyangan yang saat
itu sedang diserang musuh bernama patih Sekipu dari kerajaan Trabelasuket. Ia
diutus rajanya bernama Kalapracona untuk melamar bidadari bernama Batari
Supraba. Bayi Tetuka dihadapkan sebagai lawan sekipu. Anehnya, semakin dihajar bukannya
mati, Tetuka justru semakin kuat.
Karena malu, Sekipu mengembalikan
Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada kemudian
menceburkan tubuh Tetuka kedalam kawah Candradimuka, digunung jamurdipa. Para
dewa kemudian melempar berbagai jenis senjata pusaka kedalam kawah. Beberapa
saat kemudian, Tetuka muncul kepermukaan sebagai seorang laki-laki dewasa.
Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu kedalam dirinya. Tetuka
kemudian bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya dengan menggunakan
gigitan taring. Krisna dan para Pandawa saat itu datang menyusul kekahyangan.
Kresna kemudian memotong taring Tetuka dan menyuruhnya dan menyuruhnya berhenti
menggunakan sifat kaum raksasa.
Bathara Guru, raja kahyangan
menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma dan Terompah Padakacama untuk
dipakai Tetuka, yang sejak saat itu diganti namanya menadi Gatotkaca. Dengan menggunakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca
mampu terbang secepat kilat menuju kerajaan Trabelasuket dan membunuh
Kalapracona.
Dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca
menikah dengan sepupunya, yaitu Pregiwa, putri Arjuna. Ia berhasil menikahi
Pregiwa melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, yaitu bernama
Laksmana Mandrakumara putra Duryudana dari keluarga Kurawa. Dari perkawinan
dengan Gatotkaca lahir seorang putra bernama Sasakirana. Ia menjadi panglima
perang kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Parikesit, putra Abimanyu atau
cucu Arjuna. Versi lain mengisahkan, Gatotokaca mempunyai dua orang istri lagi
selain Pregiwa yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing
lahir Suryaka dan Jayasumpena.
Perang Kurukhsetra dalam pewayangan
Jawa biasa disebut perang Bhatarayudha. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan
dari naskah Kakawin Bharatayudha yang ditulis tahun 1157 pada zaman kerajaan
Kediri. Versi pewayangan Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya bernama
Abimanyu putra Arjuna. Suatu hari Abimanyu menikah dengan Utari Putri karajaan
Wirata, dimana ia mengaku masih perjaka.
Padahal saat itu Abimanyu telah menikah dengan Sundari putri Krisna. Sundari
yang dititipkan diistana Gatotkaca mendengar suaminya menikah lagi. Paman
Gatotkaca yang bernama Kalabendana meneui Abimanyu untuk mengajaknya pulang.
Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang berwujud raksasa bulat kerdil tapi
berhati polos dan mulia. Hal itu membuat Utari merasa cemburu. Abimanyu
terpaksa bersumpah jika benar dirinya telah beristri selain Utari, maka kelak
ia akan mati dikeroyok musuh. Kalabendana kemudian menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu.
Namun Gatotkaca justru mamarahi Kalabendana yang dianggap lancang mencampuri
urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu emosi, Gatotkaca sampai
memukul kepala Kalabendana. Meskipun perbuatan itu dilakukan tanpa sengaja,
namun pamannya itu tewas seketika.
Menjelang perang Bharatayudha,
Gatotkaca diangkat oleh Yudhistira menjadi panglima pasukan pihak Pandawa.
Gatotkaca juga diberi kepercayaan untuk menjaga seluruh wilayah Kurusetra
tempat berlangsungnya perang. Gatotkacapun patuh ketika Krisna, memintanya agar
tidak mengeluarkan seluruh kesaktiaannya saat perang Kurusetra. Gatotkaca lebih
banyak menjaga dari udara, dan turun bila memang perlu. Dia juga patuh ketika
disuruh mengeluarkan kesaktian justru disaat piak Kurawa, dimedan laga dipimpin
langsung oleh sang panglima Karna, yang telah diahadiahi senjata Konta
Wijayadanu oleh Bathara Indra, beberapa sebelum perang.
Gatotkaca sadar betul bahwa saat
dimintamaju kemedan laga, itu berarti ia akan sengaja dikorbankan menjadi
tumbal dipihak Pandawa. Agar senjata Konta yang hanya bisa dipakai sekali itu,
terhujam tubuhnya, hingga Arjuna selamat dari ancaman Karna. Ketika
Bharatayudha meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Kurawa pada
hari ke-13. Esoknya pada hari ke-14 Arjuna berhasil membalas kematian putranya
itu dengan cara memenggal kepala Jayadrata. Duryudhana sangat sedih atas
kematian Jayadrata. Ia memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa malam itu
juga. Karna terpaksa berangkat meskipun hal itu melanggar perang.
Mendengar para Kurawa melancarkan
serangan malam, pihak Pandawa mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca
sengaja dipilih karena kotang Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan
cahaya terang benerang. Pertempuran malam itu berlangsung mengerikan. Gatotkaca
berhasil menewaskan sekutu Kurawa yang bernama Lembusu. Namun ia sendiri
kehilangan pamannya yaitu Breajalamadan dan Brajawikalpa yang tewas bersama
musuh-musuh mereka.
Gatotkaca akhirnya berhadapan dengan
Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Iapun menciptakan kembaran dirinya sebanyak
seribu orang hingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya
yaitu Bathara Surya, Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli Iapun
melepaskan senjata Kontawijaya kearah Gatotkaca. Gatotkaca coba menghindar
dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba
muncul menghadap Kontawijaya sambal menyampaikan berita dari kahyangan bahwa
ajal dairi Gatotkaca telah ditentukan malam itu. Gatotkaca pasrah terhadap keputusan dewata.
Namun ia berpesan supaya mayatnya masih bisa digunakan untuk membunuh
musuh.Kalabendana setuju. Ia kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan
senjata kontawijaya. Pusaka itupun musnah bersatu dengan sarungnya, yaitu
Mustabayang masih tersimpan didalam perut Gatotkaca.
Gatotkacapun tewas seketika. Arwah
Kalabendana kemudian melemparkan mayatnya kearah Karna. Karna berhasil melompat
sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkepingikeping tertimpa
tubuh Gatotkaca yang meluncur kencang dari angkasa. Akibatnya, pecahan kereta
tersebut meleset kesegala arah dan menewaskan para prajurit Kurawa yang berada
disekitarnya, tidak terhitung jumlah mereka yang mati.
Daftar Pustaka
Nanda MH, Wayang Dan Tokoh,Bintang
Cemerlang.Yogyakarta 2013
0 komentar:
Posting Komentar