Bima
Nama lain Bima adalah Werkudara yang artinya perut srigala, dan merujuk kepada kegemarannya yaitu makan. Nama lain dari julukannya adalah Bimasena yang berarti panglima perang.
Nama lain Bima adalah Werkudara yang artinya perut srigala, dan merujuk kepada kegemarannya yaitu makan. Nama lain dari julukannya adalah Bimasena yang berarti panglima perang.
Bima
memiliki sifat gagah, berani, teguh, kuat, tabah, patuh, jujur, serta
menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga ia digambarkan tidak pernah
menggunakan bahasa halus ataupun duduk didepan lawan bicaranya.
Bima
melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya
ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu
dengan Dewa Ruci. Ia memiliki keistimewaan dan ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam dan senjata,
antara lain: kuku pancanaka, rujakpala, alugara, bargawa (kapak besar) dan
bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antaralain: aji bandung
bandawasa, aji katuglindhu, aji bayubraja, dan aji blabak pangantol-antol.
Bima juga mempunyai pakaian yangmelambangkan kebesaran,
yaitu: gelung pudaksategal, pupuk jarot asem, sumping surapati, kuletbahu candrakirana,
ikat pinggang nagabanda dan celana cinde udaraga. Sedangkan beberapa anugrah
Dewata yang diterimanya antara lain: kampuh atau kain poleng bintuluaji, gelang
candrakirana, kalung nagasasra, sumping surengpati dan pupuk pudak jarot asem.
Pada masa kanak-kanak Pandhawa dan Kurawa, kekuatan Bima
tidak ada randingannya diantara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering
digunakan untuk menjahili para sepupunya, yaitu Kurawa. Salah satu Kurawa yaitu
Duryudhana, ia menjadi benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian
tesebut tumbuh sehingga Duryudhana berencana ingin membunuh Bima.
Pada suatu hari, ketika para Kurawa dan Pandhawa pergi ke
daerah sungai Gangga, Duryudhana menyuguhkan makanan dan minuman untuk Bima,
dimana makanan tersebut telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang
mencurigai seseorang, ia memekan makanan yang diberikan Duryudhana. Tak lama
kemudian Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat-kua oleh Duryudhana dengan
menggunakan tanaman menjalar. Setelah itu dihanyutkan kesungai Gangga dengan
rakit.
Saat rakit yang membawa Bima sampai ditengah sungai,
ular-ular yang hidup disekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya,
bisa yang mematuk badan Bima berubah menjadi obat bagi racun yang dimakan
Bima.Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang
meliliti tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit tubuhnya. Beberapa
ular lari untuk menemui rajanya, yaitu Naga Basuki.
Saat naga Basuki mendengar bahwa putra Pandu yang bernama
Bima telah anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman
mujarab. Minuman tersebut diminum beberapa mangkuk oleh Bima, sehingga tubuhnya
menjadi sangat kuat. Bima tinggal di istana Naga Basuki sampai delapan hari,
setelah itu ia pulang. Saat Bima pulang, Duryudhana kesal karena Bima masih
hidup. Ketika para Pandhawa mengetahui kalau kebencian dari Duryudhana semakin
besar, mereka mulai berhati-hati.
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dilatih
oleh guru Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatian
untuk menguasai ilmu untuk menggunakan gada, seperti Duryudhana. Bima menikah
dengan Arimbi, dari perkawinan merekalahir putra yang diberi nama Gatotkaca.
Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Arimbi dan
Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.
Dalam perang di Khurusetra, Bima berperan sebagai
komandan tentara Pandhawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata gada yang
sangat mengerikan. Pada hari terakhir perang Bharatayudha, Bima perang melawan
Duryudhana dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung sengit dan
lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan
mematahkan paha Duryudhana. Seketika Bima mengayunkan gada kearah gada kerah
paha Duryudhana. Setelah pahanya diremukkan Duryudhana jatuh ke tanah, dan
beberapa kemudian ia mati.
Bima tinggal di Jodipati, wilayah indraprasta. Ia
mempunyai 3 orang istri dan 3 orang anak, yaitu:
1. Nagagini (mempunyai anak bernama Arya Anantareja)
2. Arimbi (mempunyai anak bernama Gatot Kaca)
3. Urangayu (mempunyai anak bernama Arya Antasena).
Daftar Pustaka
Nanda
MH, (2013).
Wayang Dan Tokoh. Yogyakarta.Penerbit: Bintang Cemerlang
0 komentar:
Posting Komentar