Kudus merupakan salah satu
kabupaten di Jawa Tengah yang sebagian besar masyarakatnya dihidupi dengan
usaha kretek, tak heran maka kota ini disebut dengan Kota Kretek. Kota Kudus
ini memiliki banyak sekali tradisi. Salah satunya adalah Ampyangan. Ampyangan sendiri berasal dari salah satu jenis krupuk
yang terkenal pada zaman dahulu, yaitu krupuk
ampyang. ampyangan ini disebut juga dengan tradisi ampyang maulid. Tradisi
ini bisanya dilakukan oleh masyarakat Desa Loram Kulon Kabupaten Kudus dalam
rangka memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, yaitu setiap tanggal 12
Rabbi’ul Awal tahun Hijriyah.
Tradisi
ini dilakukan dengan melakukan arak-arakan makanan hasil bumi atau hasil
kreatifitas masyarakat. Salah satu makanan wajib yang diarak yaitu krupuk
ampyang. Makna dari krupuk ampyang
adalah sebagai lambang makanan yang begitu disukai oleh masyarakat Loram Kulon.
Begitu pula makanan, hasil bumi, kreatifitas masyarakat adalah sebagai ungkapan
rasa syukur atas nikmat Allah. Selain itu ada nasi kepel dalam arak-arakan
tersebut. Makna dari nasi kepel tersebut adalah sebagai lambang persatuan
masyarakat desa Loram Kulon Kudus.
Ampyang
merupakan tradisi yang lekat dengan perjuangan Sultan Khadlirin dalam
menyebarkan Islam di Kudus bagian selatan. Saat menyiarkan Islam di Loram dan
sekitarnya, bulan Maulid yang bertepatan dengan hari lahir Rasulullah Muhammad
SAW. Suami Ratu Kalinyamat ini mengajak masyarakat sekitar merayakan dengan
menggunakan pernak-pernik kerupuk dengan bahan baku tepung yang biasa dibuat
masyarakat. Dari situlah tradisi ini berasal.
Peserta
Ampyang Maulid ini merupakan masyarakat Loram Kulon sendiri yang terbagi dalam
tiap-tiap mushola di masing-masing dukuh. Ada peserta berarti ada jurinya. Juri
yang bertugas menilai kreatifitas mana yang paling bagus adalah terdiri dari
tokoh masyarakat dan sesepuh desa. Aspek – aspek yang dinilai antara lain:
aspek kesenian, aspek pendidikan, aspek keagamaan, serta aspek sosial
foto tradisi Ampyang, 14-01-2014
0 komentar:
Posting Komentar