Pada
sebuah desa yang terpencil hiduplah Seorang janda bernama Randasari yang
memiliki anak laki-laki yang tampan, trampil dan gesit. pemuda enerjik ini juga
memiliki ilmu kanuragan. Ia sangat menonjol diantara teman-temanya. Ia bernama
Kebo Anabrang. Ia suka menolong bila teman-temannya mendapat kesusahan. Namun
balas budi yang seharusnya diterima oleh Kebonabrang tidak pernah didapatkan.
Meski Kebonabrang tulus dan tidak pamrih dalam membantu masyarakat sekitarnya.
Masyarakat
selalu mencemooh Kebonabrang sebagai anak lampoar, anak jadaah yang tidak
diketahui bapaknya. Kebonbrang menghadapi dengan tambah, karena pesan ibunya
Rondhosari untuk tidak melawan orang yang mencemoohnya,
“biarkan
saja semua menghinamu Ngger! Nanti juga mereka capek sendiri.”
Pada
awalnya Kebonabrang menuruti semua pesan Ibunya, namun lama kelamaan hatinya
tak kuat juga. Kebonabrang marah ketika seorang pemuda mengatakan bahwa dirinya
adalah anak hubungan gelap yang tidak pernah dikehendaki oleh kedua orang
tuanya. Panaslah kuping Kebonabrang, bergegas pulang ke rumah, daun pintu
ditendang hingga roboh.
Nyai
Rondhosari yang tengah di dalam rumah bergegas keluar, mendengar suara keras
pintu yang roboh.
“Ada
apa Ngger, sabar..sabar!” bujuk Nyai Rondosari dengan memegangi kedua
tangannya.
“saya
ini anak siapa?, saya ngak mau kalau biyung bohong lagi, saya mau biyung jujur
mengatakan sebenarnya!”
“sekarang
kamu sudah dewasa dan sudah saatnya kamu tahu sebenarnya siapa dirimu Ngger!
Sebenarnya kamu adalah Putra dari Sunan Muria” Nyai Rondosari menerangkan
sedetail-detailnya asal-usulnya Kebonabrang.
Berbekal
cerita yang diperoleh dari Nyai Rondhosari maka berangkatlah Kebonabrang ke
Padepokan Muria. dengan sopannya ia menghadap Kanjeng Sunan Muria. Ia mengaku
sebagai anak dari Kanjeng Sunan Muria. Dan ia mau berguru kepada Kanjeng Sunan.
Sejak kecil memang dia tidak pernah melihat ayahhandanya karena dirahasiakan
oleh Nyai Rondosari, baru setelah dewasa ini dia diberitahu oleh ibunya bahwa
ayahnya adalah seorang Sunan, yakni Sunan Muria. Akan tetapi pengakuan sang
pemuda itu ditolak keras oleh Sunan Muria. Beliau berkata bahwa beliau tidak
merasa mempunyai anak yang bernama Kebonabrang. Sebab Ia hanya memiliki seorang
anak dari Dewi Roroyono.
Meskipun
Sunan Muria menolak pengakuan sang pemuda, Kebonabrang tetap diperbolehkan
berguru di Padepokan Muria. Hal ini menjadi kesempatan yang bagus untuk
meyakinkan Kanjeng Sunan Muria. Walaupun Kebonabrang mambawa bukti-bukti yang
dibekalkan ibunya, kanjeng Sunan masih tetap ragu bahwa dia benar-benar adalah
putranya.
Kebonabrang
terus menerus mendesak, maka Sunan Muria akhirnya bersedia mengakui bahwa
Kebonabrang adalah puteranya, asalkan dia dapat memenuhi syarat. Syaratnya
adalah Kebonabrang harus dapat memindahkan salah sebuah pintu Gerbang yang ada
di kerajaan Majapahit ke gunung Muria dalam waktu satu malam saja.
“andai
kamu bisa memenuhi syarat itu, kamu saya akui sebagai putraku!”
Kebonabrang
bersungguh-sungguh untuk mendapatkan pengakuan anak oleh Sunan Muria.
Berangkatlah ia ke majapahit untuk mendapatkan sebuah pintu gerbang, setelah ia
berkeliling di bekas reruntuhan Majapahit, akhirnya dia menemukan sebuah pintu.
Ia akan diambilnya sendiri dengan kukuatan sakti yang dimiliki sejak lahir. ia
tengah mempersiapkan.mantra-mantra dan juga doa kepada tuhan agar segera dapat
mengakat pintu Majapahit
Bersamaan
dengan itu di Juana, sebelah timur Pati, diadakan sayembara untuk dapat
mempersunting Roro Pujiwati dengan syarat dapat membawa Pintu Majapahit ke
wilayah Ngerang. Hal ini diikuti oleh para pemuda yang ada di daerah Ngerang,
namun semunya tak sanggup. ada juga seorang pemuda bernama Raden Ronggo adalah
putra Kanjeng Sunan Muria dari ibunya Dewi Roroyono. Sunan Ngerang juga
mempunyai seorang puteri lagi, adiknya Dewi Roroyono, bernama Roro Pujiwati.
Ia
sedang menuju ke wilayah reruntuhan Kerajaan Majapahit dalam rangka mengikuti
sayambara memindahkan pintu Gerbang Majapahit. Sayembara tersebut untuk
memperebutkan seorang puteri cantik bernama Roro Pujiwati, putrinya Kyai Ageng
Ngerang (Sunan Ngerang) Juana.
Raden
Ronggo sangat mencintai Roro Pujiwati, kisah cintanya ini diketahui oleh Ki
Ageng Ngerang dan Sunan Muria sehingga mereka berdua bersepakat untuk membuat
sayembara yang sekiranya tidak dapat dipenuhi oleh Raden Ranggo. Padahal Roro
Pujiwati ini adalah bibinya Raden Ronggo sendiri, karena Roro Pujiwati itu
adalah adiknya Raden Ayu Roroyono (ibunya Raden Ronggo).
Kehendak
Raden Ronggo untuk mempersunting Roro Pujiwati itu ditolak, karena di dalam
agama tidak diporbolehkan keponakan menikahi bibinya. Ki Ageng Ngerang dan
Sunan Muria berunding Bagaimana cara menolaknya, akhirnya ditemukan cara yaitu
dengan mengajukan syarat yang harus dipenuhi, yakni memindahkan sebuah pintu
Gerbang Majapahit ke tempatnya Roro Pujiwati di Ngerang, Juana.
Setelah
sampai di Majapahit, Raden Ronggo kaget sebab telah ada yang mau membawa pintu
Majapahit, Ia kecewa karena dia mengetahui bahwa ada seorang pemuda dari Muria
yang membawa lari sebuah pintu gerbang.
“Apakah
itu suruhannya Romo untuk menggagalkan syembara ini atau dia juga berkompetisi
untuk ikut syembara mempersunting Roro Pujiwati.”
Raden
Ronggo tertegun, ia mengawasinya dari belakang, Dengan hati berdebar dia
kembali mengejar pemuda yang telah mendahuluinya (yakni Kebonabrang). Ia akan
merebut bila sudah dekat dengan Ngerang. Kebonabrang sangat gesit sehingga
membuat Raden Ronggo keteteran. Raden ronggo melesat lebih cepat lagi untuk
mengejar karena Kebokenongo sudah melewati Ngerang, Raden Ronggo berhenti
sebentar mengambil Palang pintu yang terjatuh, ia melesat lagi mengejar
Kebonabrang, ia mengira pasti ini usaha romonya untuk menggagalkan syembara.
Raden
Ronggo akhirnya dapat mengejarnya setelah Kebonabrang sedang bingung mencari
palang pintu gerbang yang terjatuh.
“kamu
mencari aoa Kisanak, apa yang hilang?” Kebokenongo melihat Raden Ronggo yang
sedang memegang Palang pintu.
“Berikan
Palang pintu itu Raden!, saya gak ada waktu, cepat berikan!” bentak
Kebonabrang.
Terjadilah
kejar mengejar dan bertempur sangat hebat, pergulatan adu kekuatan antara Raden
Ranggo dengan murid Sunan Muria memeperebutkan pintu Majapahit, Raden Ronggo
ingin merebut pintu itu agar dapat mempersunting Roro Pujiwati, sedangkan
Kebonabrang agar dapat diakui sebagai putra kanjeng Sunan Muria.
Pertengkaran
antara keduanya diketahui oleh Suro Benggol, sehingga ia harus turun gunung
untuk melerai perselisihan ini, tempat ini dianamakan Towelo (cetho welo-welo).
Akhirnya
Suro Benggol mampu meredakan pertempuran perang saudara antara sesama Sunan
Muria. Dalam kesapakatan itu Raden Ronggo hanya memperoleh sebatang kayu
Pathok, atas saran Suro Benggol agar Raden Ronggo mau membawa pulang palang
pintu itu ke Ngerang. Tetapi Roro Pujiwati menolak karena syarat yang diminta
adalah pintu Gerbangnya. Karena cintanya ditolak, maka Raden Ronggo marah. Roro
Pujiwati dipukul dengan kayu pathok dan lenyaplah Roro Pujiwati di tempat itu.
Raden Ronggo tidak mau pulang ke Muria atau Ngerang, ia lebih senang mengembara
untuk menghibur hati yang sedang sakit.
Kemudian
Suro Benggol memperintahkan Kebonabrang untuk segera membawa pintu gerbang
Majapahit ke gunung Muria. Karena hari mulai fajar. Segera Kebonabrang
bersiap-siap akan Tetapi baru saja diangkat pintunya ayam jantan berkokok
bersautan, pertanda hari sudah tiba. Padahal syarat yang harus diminta adalah
pintu majapahit harus sudah sampai ke Padepokan Muria sebelum pagi datang. Dan
oleh Sunan Muria maka Kebonabrang disuruh untuk menunggu di Pintu Majapahit
ini.
***FREEDOM***
Sunan
Kudus Sunan Kudus I, Sunan Kudus II
Cerita
Lereng Muria adalah Cerita Rakyat yang berkembang didaerah Lereng Muria. Belive
or not belive, up to You..?
ini
Ki Ageng Ngerang yang keberapa? Sebab banyak Ki Ageng Ngerang ada Ki Ageng
Ngerang I, II III atau ke berapa?
Versi
Solichin Salam, Sunan Ngerang (Kyai Ageng Ngerang) di Ngerang Juana, malam itu
memang sedang melaksanakan hajat syukuran hari ulang tahun puterinya yang
sulung bernama Roroyono. Genap ulang tahun kelahirannya yang kedua puluh.
Ada
versi lain bahwa pembunuh Patak Warak adalah Maling Kapa dan Maling Gentiri,
ada juga versi bahwa Patak Warak masih hidup.
Nama
Kebonabrang mirip dengan nama yang pernah memberontak terhadap jaman Majapahit
ketika dipimpin Jayanegara.
Gerbang
Majapahit adalah cerita rakyat yang berkembang di wilayah Pati, mengenai
kebenarannya kami kembalikan kepada pembaca, Masih terjadi polemik antara
cerita rakyat dengan fakta sejarah, ada yang mengatakan bahwa pintu Majapahit
adalah rampasan Adipati Pragola I ketika ikut berjuang menundukan Madiun, ada
yang bilang bahwa itu rampasan Adipati Pragola II ketika menyerbu Jepara.
Sedangkan relief yang ada di Gerbang Majapahit, menggambarkan Kebonabrang
(pemberontak majapahit) yang bertempur dengan raden Ronggo.
Konon
putra Sunan Muria dengan istri dari Muktiharjo,cerita tutur yang berkembang di
wilayah Lereng Muria, tatkala Sunan Muria mau berkunjung ke rumah Rondhosari di
daerah Pati. Namun di hari itu ia terhalang oleh sungai yang sedang banjir, ia
berdiri ditepi sungai, menunggu sampai surut, namun lama ditunggu sungai tidak
surut. Tiba-tiba datanglah seekor kerbau betina ke arahnya dan memberi isyarat
agar punggungnya dinaiki, Sunan Muria menangkap isyarat tersebut langsung
meloncat ke Kerbau Betina tersebut, dan disebrangkan ke tepi sungai. Sampailah
ia ketepian sungai, Karena digoyang-goyang kerbau tersebut, Sunan Muria kebelet
pipis. Kemudian ia kencing dari atas tanggul, kerbau betina itu meminum air
kencing Sunan Muria sampai habis dengan penuh birahi. Aneh bin ajaib kerbau itu
hamil, dan melahirkan seorang anak laki-laki kemudian di asuh oleh Nyai
Rondosari. Cerita ini mirip Bambang Aswatama, putra Bambang Kumbayana, yang
berada pada cerita pewayangan.
ini
mirip cerita Bandung Bondowoso dengan Roro Jongrang, atau kisah Dayang Sumbi
dengan Sangkuriang. Namun mengenai Reruntuhan bangunan Majapahit yang diambil
oleh penguasa berikutnya, itu terjadi seperti tiang-tiang Serambi Masjid Agung
demak yang berasal dari Majapahit.
Mirip
cerita Samson-Delailah yang ada di belahan eropa.
ada
versi lain yang menyebutkan Bahwa Raden Ronggo putra Bupati Pati. Raden Ronggo
yang bergelar Adipati Raden Ronggojoyo Ananta Kusumo.
Perlengkapan
yang terjatuh itu ialah ganjel lawang (ganjal Pintu) dari pintu yang dibawanya,
maka desa itu dinamakan Jelawang hingga sekarang.
Gerbang
Majapahit merupakan rampasan perang yang dibawa Paragola Iidari Tuban ke Pati.
Suro
Benggol adalah penguasa setempat yang merupakan masih eyangnya Kebonabrang, dia
menceritakan bahwa keduanya sebenarnya masih saudara putra Sunan Muria, maka ia
menyarankan supaya tidak usah di bawa ke Juwana atau ke Muria biar disini saja
saya yang akan menungguinya.
0 komentar:
Posting Komentar